Rasanya seperti membawa batu tajam berbobot 100 ton tanpa menaruh harapan tinggi pada oknum lain untuk membagi beban itu. Karena sudah tahu bahwa tidak ada gunanya berharap tinggi-tinggi pada manusia yang juga seperti diri ini. Walaupun menyakitkan dan menusuk diri ini, batu itu tetap direngkuh hingga hati pun mengeluarkan tangisannya. Diri ini memilih membawa beban itu sendiri untuk mewarnai hidupnya, memberinya pelajaran, dan mempersiapkan dirinya menghadapi masa-masa dewasa nanti.
Ketika batu itu semakin berat, kekuatan untuk mengejar angkasa bebas semakin terstimulasi.
Ketika batu itu semakin menusuk, tameng yang telah dipersiapkan semakin diperkokoh.
Ketika batu itu menjadi lebih berduri, prinsip yang telah dibentuk semakin dipupuk, dipertegas, dan diperjelas.
Ketika batu itu semakin menyayat hati, mental perjuangan yang telah tertanam semakin ditumbuhkan dan dikobarkan.
Ketika batu itu semakin membakar hati, senyum yang telah ada itu hanya reda seketika dan tambah mengembang ketika bangkitnya.
Aneh. Tapi seru. Menyebalkan. Tapi menyukakan hati. Menyedihkan. Tapi menguatkan hati, jiwa, dan mental. Membuat gila. Tapi mewarnai hidup yang singkat ini.
Meskipun sudah berkata, "Iya!", tetap saja kemalasan itu kambuh dan tidak bisa dikalahkan. Malah, diri ini sedang berdegradasi!!!
Diri ini sudah takut akan kehilangan dirinya yang lama, yang lebih rajin, dan disiplin.
Diri ini sudah takut akan kehilangan arah sepenuhnya.
Namun, diri ini masih yakin karena masih ada tujuan, impian, dan harapan yang menyinari hari-hari di bawah matahari ini.
Lucu ya, semakin dewasa malah semakin suka memberontak dan melanggar aturan. Lucu ya, semakin mendapat banyak pelajaran baik, malah semakin merasa diri keren kalau menjadi sedikit-sedikit 'nakal'. Lucu, ya... Atau gila?
Ketika kujatuh, 'ku akan bangkit karena aku dilahirkan untuk berjuang.
Ketika kuruntuh, 'ku akan membangun dasar yang lebih kuat karena kaki ini ada untuk menopang seluruh jiwa raga ini.
Ketika kutertekan, 'ku akan menajamkan pikiran ini untuk menemukan alasan mengapa kuharus bertahan.
Bahkan ketika hidup ini telah terasa seperti kehilangan makna, aku akan kembali kepada fakta bahwa aku tidak akan dapat bertahan sampai sekarang jika selama ini belum memiliki makna.
Jika selama ini hidup tanpa makna, berarti diri ini bodoh. Berarti diri ini hanya seperti mayat hidup yang berjalan di bawah sengatan sinar matahari.
Maka....
Makna hidup itu, telah kutaruh dan kuletakkan sebagai fondasi bangunan hidupku ini.
Sebisa mungkin, setiap hari, akan kuperkuat fondasi itu lewat pengalaman keseharianku.
Rasa sakit dan terluka, amarah dan tangisan, letih dan tertekan... Itu semua mengajarkan hal yang berarti.
Rasa senang, manis, dan indah... Itu semua memupuk harapan untuk hal yang berarti.
Dan akhirnya...
Apapun yang terjadi, selalu ada alasan untuk bertahan dan tak berhenti terbang hingga menuju angkasa bebas itu.
Ketika batu itu semakin berat, kekuatan untuk mengejar angkasa bebas semakin terstimulasi.
Ketika batu itu semakin menusuk, tameng yang telah dipersiapkan semakin diperkokoh.
Ketika batu itu menjadi lebih berduri, prinsip yang telah dibentuk semakin dipupuk, dipertegas, dan diperjelas.
Ketika batu itu semakin menyayat hati, mental perjuangan yang telah tertanam semakin ditumbuhkan dan dikobarkan.
Ketika batu itu semakin membakar hati, senyum yang telah ada itu hanya reda seketika dan tambah mengembang ketika bangkitnya.
Aneh. Tapi seru. Menyebalkan. Tapi menyukakan hati. Menyedihkan. Tapi menguatkan hati, jiwa, dan mental. Membuat gila. Tapi mewarnai hidup yang singkat ini.
Meskipun sudah berkata, "Iya!", tetap saja kemalasan itu kambuh dan tidak bisa dikalahkan. Malah, diri ini sedang berdegradasi!!!
Diri ini sudah takut akan kehilangan dirinya yang lama, yang lebih rajin, dan disiplin.
Diri ini sudah takut akan kehilangan arah sepenuhnya.
Namun, diri ini masih yakin karena masih ada tujuan, impian, dan harapan yang menyinari hari-hari di bawah matahari ini.
Lucu ya, semakin dewasa malah semakin suka memberontak dan melanggar aturan. Lucu ya, semakin mendapat banyak pelajaran baik, malah semakin merasa diri keren kalau menjadi sedikit-sedikit 'nakal'. Lucu, ya... Atau gila?
Ketika kujatuh, 'ku akan bangkit karena aku dilahirkan untuk berjuang.
Ketika kuruntuh, 'ku akan membangun dasar yang lebih kuat karena kaki ini ada untuk menopang seluruh jiwa raga ini.
Ketika kutertekan, 'ku akan menajamkan pikiran ini untuk menemukan alasan mengapa kuharus bertahan.
Bahkan ketika hidup ini telah terasa seperti kehilangan makna, aku akan kembali kepada fakta bahwa aku tidak akan dapat bertahan sampai sekarang jika selama ini belum memiliki makna.
Jika selama ini hidup tanpa makna, berarti diri ini bodoh. Berarti diri ini hanya seperti mayat hidup yang berjalan di bawah sengatan sinar matahari.
Maka....
Makna hidup itu, telah kutaruh dan kuletakkan sebagai fondasi bangunan hidupku ini.
Sebisa mungkin, setiap hari, akan kuperkuat fondasi itu lewat pengalaman keseharianku.
Rasa sakit dan terluka, amarah dan tangisan, letih dan tertekan... Itu semua mengajarkan hal yang berarti.
Rasa senang, manis, dan indah... Itu semua memupuk harapan untuk hal yang berarti.
Dan akhirnya...
Apapun yang terjadi, selalu ada alasan untuk bertahan dan tak berhenti terbang hingga menuju angkasa bebas itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar