Tulisan ini terinspirasi dari obrolan singkat dengan guru Filsafatku, seorang guru yang sangat kukagumi kecerdasannya. Sebenarnya aku telah cukup lama mengetahui perihal 'teralienasi' ini, tetapi ketika seorang temanku bertanya tentang hal itu dan guru Filsafatku menjawab, sebuah pemikiran serius mulai terlintas di benakku. Well, just like what David Levithan says in his book 'Everyday': "...you can know something for years without it really hitting you."
Apa itu 'teralienasi'?
Teralienasi adalah situasi diri yang terpisah oleh diri sendiri.
Sederhananya, kita tak lagi mengetahui siapa diri kita sendiri. Kita terasing dari diri kita sendiri.
Kita dengan mudahnya terpengaruh dan terbawa arus, seperti berperilaku ikut-ikutan dengan teman-teman kita, orang-orang di sekitar, ataupun gaya hidup yang sedang populer di dunia ini. Biasanya, semua hal itu secara sadar atau tidak sadar dilakukan semata-mata karena kita ingin diterima dan 'eksis' di pergaulan antarteman.
Kita dengan mudahnya terpengaruh dan terbawa arus, seperti berperilaku ikut-ikutan dengan teman-teman kita, orang-orang di sekitar, ataupun gaya hidup yang sedang populer di dunia ini. Biasanya, semua hal itu secara sadar atau tidak sadar dilakukan semata-mata karena kita ingin diterima dan 'eksis' di pergaulan antarteman.
Contohnya mudah saja, kau merubah gaya berpakaianmu, gaya bicaramu, kebiasaanmu, hanya karena teman-temanmu lebih suka yang seperti itu.
Lama-kelamaan, jika sudah semakin buruk, kita akan kehilangan diri kita sendiri. Tersesat dan kehilangan. Menakutkan dan menyeramkan.
"Seringkali kita terombang-ambing oleh trend."
Kalimat guruku itu cukup keren, menurutku.
Mengapa? Karena hal itu sangatlah benar. Seperti yang kualami beberapa tahun terkahir ini. Awalnya, tanpa sadar aku mulai terpengaruh oleh teman-temanku karena kuanggap mereka sangat asyik dan menyenangkan secara anak muda. Kebiasaan yang mereka lakukan sangatlah menyenangkan dan aku ingin memiliki kebiasaan seperti itu juga. Padahal, aku mengetahui bahwa kebiasaaanku berbeda dari kebiasaan mereka. Pada awalnya, aku merasa akan baik-baik saja karena yakin bisa mengendalikan diri. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, di satu sisi aku pun mulai merasa bahwa ada yang berubah dengan diri ini. Pada saat itulah aku mulai menyadari bahwa warna asliku telah luntur. Aku mulai mempertanyakan siapa diriku yang sebenarnya. Hati ini menginginkan kedua-duanya: diriku yang lama (lebih rajin dan taat) dan kesenangan yang baru. Namun, aku tahu pasti bahwa untuk mencapai mimpi-mimpiku, meraih impian-impianku, akan lebih baik jika aku kembali kepada diriku yang lama. Walaupun begitu, tetap saja aku tetap menginginkan kesenangan yang telah kucicipi itu. Maka, hal itu menjadi salah satu pergumulan pribadiku yaitu bagaimana aku mengendalikan diriku untuk tidak mudah terpincut oleh hal-hal yang mengaburkan ketekunanku demi meraih impianku.
Terombang-ambing. Kita sukar memilih diri ini mau yang mana dan dimiliki dan memiliki yang mana.
Terkadang kita tidak sadar bahwa diri ini telah sangat jauh dari mengetahui siapa diri sendiri.
Kalau tidak tahu, bagaimana bisa kenal?
"Mengetahui siapa diri sendiri pun aku sulit, apalagi mengenal siapa diriku?"
Terkadang kita tak menyadari bahwa kita telah jauh terbawa arus di dalam dunia ini sehingga keaslian dan keunikan diri kita pun hilang ditelan oleh hal-hal yang bagi kita seru dan menyenangkan itu. Seru dan menyenangkan hanya karena kita bisa merasa 'eksis' dan 'dianggap' oleh teman-teman kita.
Pada awalnya, mungkin kita merasa sedikit aneh karena mengambil langkah baru, tetapi karena itu adalah langkah yang menyenangkan, pasti mudah sekali diri ini menerima dan menyukainya. Diri ini mudah sekali untuk terjun dan berenang di dalam keseragaman itu karena satu kata, yaitu 'menyenangkan'.
Namun, apakah langkah yang kita ambil itu benar? Apakah hal itu adalah diri kita yang sebenarnya?
Pada awalnya, mungkin kita merasa sedikit aneh karena mengambil langkah baru, tetapi karena itu adalah langkah yang menyenangkan, pasti mudah sekali diri ini menerima dan menyukainya. Diri ini mudah sekali untuk terjun dan berenang di dalam keseragaman itu karena satu kata, yaitu 'menyenangkan'.
Namun, apakah langkah yang kita ambil itu benar? Apakah hal itu adalah diri kita yang sebenarnya?
Maka, di manakah keaslian dan keunikan diri kita?
Di manakah autentisitas diri kita?
"Where is your own authenticity?
Because this world is beautiful with our authenticity."
Namun, kembali lagi diingatkan bahwa autentisitas diri dalam konteks ini adalah keaslian dan keunikan yang baik dan positif. Setiap diri kita ini berbeda dan perbedaan-perbedaan yang positif itu layaknya jangan dikaburkan atau bahkan dihilangkan hanya karena ingin menciptakan keseragaman yang tiada memiliki arti penting.
Bukan berarti kau tidak boleh berubah samasekali. Jika sifat, sikap, kebiasaan, atau penampilanmu buruk dan kau memang harus merubahnya, berubahlah!
Yang terpenting adalah jangan sampai kita kehilangan diri kita sendiri hanya karena terpengaruh oleh hal-hal yang bermakna singkat dalam kehidupan ini. :)
Show your true colors!
Be TRUE!
Hey cis! :-D
BalasHapushey Ci Nti! thx for following me :D
BalasHapus