Gue gak pernah menyangka 3 tahun akan berlalu secepat ini.
Banyak canda-tawa, keluhan, tangisan, dan pelajaran tentunya. Sungguh berwarna dan dinamis. Sangat patut disyukuri. Tak tergantikan dan bagian dari turning point dalam hidup gue. Ketemu dan berelasi dengan guru-guru serta teman-teman yang takut akan Tuhan dan penuh perbedaan itu suatu keindahan masa-masa SMA yang hanya satu kali. Tidak hanya ilmu pengetahuan yang didapatkan, tetapi juga prinsip-prinsip hidup Kristiani sesuai dengan Firman Tuhan which is the most important thing.
Selama 3 tahun ini, terlalu berlimpah anugerah yang Tuhan berikan. Terkadang, gue stress sendiri, eneg sama diri gue, karena terlalu sering menyia-nyiakan anugerah-Nya. Take it for granted, bahasa kerennya. Itulah penyakit bebuyutan manusia. Dari zaman Adam dan Hawa sampai abad ke-21 melewati digital age di era postmodern begini, manusia masih saja, bahkan tambah take it for granted. Seram. Lebih seram daripada film-film horor Thailand. Kenapa? Karena bisa saja manusia menjadi seperti tikus yang mati di lumbung padi. Mati di tengah-tengah anugerah. Ini bukan seram karena si setan itu bisa dilihat pakai mata kepala, melainkan seram karena bisa aja 'setan' (keburukkan diri sendiri) itu tak terlihat oleh mata hati, alias buta secara rohani.
Bicara soal menyia-nyiakan anugerah, apakah gue berharap supaya waktu bisa terulang sehingga gue bisa memperbaiki tiap kesalahan gue?
Tak bisa dipungkiri bahwa selama ini, ada hal-hal yang gue sesali, dan ada pula hal-hal yang gue harapkan akan terus selamanya diam di hidup gue. Sekalipun ditawarkan time-machine, gue gak akan mau menggunakannya untuk kembali ke masa lalu. Mungkin, dengan time-machine itu, akan ada penawaran untuk mengubah kesalahan gue di masa lalu, atau memperbaiki apapun deh, sebelum ada yang terlambat dan berakhir menyedihkan sampai sekarang. Biarlah yang telah terjadi menjadi pelajaran bagi gue. Rangkaian peristiwa itu sangat gue syukuri dan pelajaran yang dibuahkan darinya gue bawa untuk menghadapi hari-hari depan nanti. Sekalipun ditawarkan time-machine, gue gak akan mau menggunakannya untuk merantau ke masa depan. Mungkin, dengan time-machine itu, akan ada penawaran untuk melihat cuplik demi cuplik bagaimana kisah gue ketika dewasa dan hari tua nanti. Mungkin, akan ada peristiwa-peristiwa buruk di masa depan yang akan terjadi akibat perilaku gue sekarang dan beberapa waktu nanti. Intinya, ya, jadi gue bisa punya 'kendali' sendiri. Bisa menduga apa yang akan terjadi dan melakukan hal lain untuk mengubah masa depan yang udah gue lihat. Ah, tapi gue gak mau. Biarlah dari sekarang sampai kapanpun, hidup ini berjalan aja sesuai rencana-Nya. Justru, hal-hal yang tak terduga itu yang memberi warna. Justru, kalau gue gak tahu, akan ada lebih banyak pelajaran dan dinamika yang terjadi nantinya. Bukan berarti gue jadi 'gak mau tahu', melainkan harus tetap mau tahu dan buka mata akan apa kehendak-Nya atas hidup gue yang singkat ini. Ora et labora. Jadi, kalau diberikan time-machine, benda yang diimpikan manusia sepanjang zaman itu akan gue biarkan terbengkalai di gudang.
Gue mau hidup berjalan aja dengan bergandengan sama Tuhan.
Bersyukur banget atas semua teman dan guru yang sudah diberikan Tuhan. Pasti, akan ada momen-momen yang terlupakan, entah karena dimakan waktu atau otak gue yang cupu. Namun, gue berharap we shall not forget each other. Gue berharap kami akan saling mendoakan. Mungkin satu orang gak banyak, tetapi setidaknya ada satu doa untuk setiap orang. Karena kuasa doa itu bisa bikin mulut kita menganga dan hati kita bergejolak. Bahkan, mungkin lebih.
Bersyukur banget atas semua teman dan guru yang sudah diberikan Tuhan. Pasti, akan ada momen-momen yang terlupakan, entah karena dimakan waktu atau otak gue yang cupu. Namun, gue berharap we shall not forget each other. Gue berharap kami akan saling mendoakan. Mungkin satu orang gak banyak, tetapi setidaknya ada satu doa untuk setiap orang. Karena kuasa doa itu bisa bikin mulut kita menganga dan hati kita bergejolak. Bahkan, mungkin lebih.
Gue berharap, selepas SMA ini, kami semua tetap berjalan bersama Tuhan dan bersandar terus pada-Nya. Semua itu tidak lepas dari anugerah-Nya. All great thanks to God!
Soli Deo Gloria!