Mungkin karena sehabis menonton film seru yang penuh dendam, persengkokolan, ujian, permainan licik, dan kebohongan, beberapa pemikiran berkelebat di benakku.
Beberapa hal mulai membuyar. Salah satunya, arti dari kata-kata ini.
"Teman"
"Sahabat"
"Teman sejati"
Sepertinya, masih sangat jauh jalan yang harus ditempuh untuk menemukan teman sejati. Masih terlalu jauh untuk menemukan orang yang bisa dipercaya dan diandalkan sepenuhnya. Ketika kurasa telah menemukan teman yang dapat diandalkan, teman akrab yang saling membangun, peduli, dan setia... Selalu ada hantaman yang menyadarkanku bahwa mereka sewaktu-waktu bisa meninggalkanku dengan ringan. Bahkan mungkin, kami memang tak pernah saling sepenuhnya memiliki suatu ikatan abadi. Pertemanan itu bisa memudar dimakan waktu. Namun, kembali lagi pada fakta bahwa manusia memang tak ada yang sempurna. Bahkan diri sendiri pun tak dapat diandalkan sepenuhnya. Apakah kita sendiri bisa menemukan figur seorang 'teman sejati' di dalam diri kita?
Ya, kata 'kita' itu harus diganti dengan kata 'aku' dan 'kau'.
"Belajar bukan untuk dimengerti, tetapi untuk mengerti."
Kata-kata itu harus kutanamkan dalam-dalam di hati dan benak ini. Semua manusia menuntut pengertian akan dirinya. Sangat mendambakan seseorang yang dapat mengerti dirinya sepenuhnya. Menurutku, hanya manusia bodoh yang percaya akan menemukan seorang yang benar-benar sinkron dengan dirinya. Kembali pada diri sendiri, belum tentu diri ini mengerti diri sendiri dan tentu tak mungkin diri sendiri mampu mengerti penuh diri seseorang.
Mungkin, diri ini menuntut terlalu banyak. Terfokus pada hal-hal yang diinginkan hingga buta untuk sungguh-sungguh mensyukuri hal-hal yang dimiliki dan melihat apa yang dibutuhkan.
Jika diri ini menuntut sesuatu, menginginkan, mendambakan akan relasi yang sesuai dengan ekspektasi... Kembali pada diri sendiri. Sebagai manusia, bahkan diri sendiri tak dapat memenuhi yang diekspektasikan.
Bukan berarti manusia makhluk yang tak berarti. Manusia memiliki ketahanan untuk berjuang, rasio untuk mengerti, dan hati untuk belajar.
Mungkin karena menonton film itu, aku terpicu untuk memikirkan seberapa 'sejati' orang-orang di sekitarku. Mungkin, teman-teman akrab yang kukira adalah sahabat sejatiku hanyalah sekumpulan orang yang dekat untuk sementara waktu karena kehadiranku tak begitu berarti bagi mereka. Mungkin, aku sebenarnya tak pernah sungguh-sungguh berelasi dengan sesamaku. Mungkin, aku sendiri jauh dari pengenalan akan diriku sendiri. Mungkin aku sendiri, tak tahu harus ke mana jika harus kembali pada diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar