Aku sangat bersyukur, Tuhan memberiku seorang sahabat seperti dia.
Aku telah mengetahuinya semenjak kami duduk di bangku kelas 5 SD, tetapi kami tak pernah berbicara ataupun menyapa satu sama lain. Ketika pertama kali aku melihatnya, aku asumsikan dia adalah gadis yang malas berkenalan dengan orang baru. Maka, aku pun tidak memulai pembicaraan sama sekali terhadapanya. Begitu juga dengan dia. Aku hanya mengetahuinya sebatas penampilan luarnya saja.
Singkat cerita, ketika aku kelas SMP 3, aku sering mengunjungi sekolah adikku yang berbeda sekolah denganku. Sekolah di mana ia berada akan menjadi sekolah baruku pada masa SMA nanti. Aku sendiri yang memutuskan untuk pindah dari sekolah yang telah kutempati selama 12 tahun, sejak TK hingga SMP. Aku mengharapkan sesuatu yang lebih baru di SMA. Beda suasana, beda lingkungan, dan beda teman-teman. Setelah beberapa saat bergumul, aku memutuskan untuk pindah ke sekolah di mana adikku mengenyam pendidikan SMP-nya. Maka, dengan tujuan mengenal sekolah baruku, aku sering ikut mama menjemput adikku.
Pada saat itulah, aku bertemu dengannya dan dapat mengenalnya lebih lanjut. Dia satu sekolah dengan adikku. Waktu itu kami sudah berada di pertengahan tahun ketiga SMP kami. Kami yang sudah menginjak usia remaja ternyata sudah lebih bebas dalam perkenalan dengan orang baru. Tidak ada kecanggungan atau malu-malu lagi. Ternyata, dia adalah anak yang ceria dan supel. Dengan senyuman dan ajakan ramah, dia menemaniku berkeliling-keliling mengenal sekolah itu. Dia juga memperkenalkanku kepada beberapa anak yang nantinya akan menjadi teman SMA-ku.
Tak lama kemudian, kami berteman. Kami menjadi teman baik.
Selama di SMA, kami saling menemukan siapa diri kami masing-masing. Setidaknya, kami menemukan langkah awal untuk menggali impian dan cita-cita kami. Kami menemukan ketertarikan kami masing-masing dan kesamaan dari ketertarikan kami adalah semua itu berputar di dalam bidang sosial. Dia adalah salah satu orang yang menyadarkanku bahwa aku ini mencintai hal-hal yang berbau sosial, bukan ilmu pasti yang selama SMP kugeluti dan kuagung-agungkan.
Aku tidak pernah menyangka pada awalnya, bahwa dia adalah teman yang menginspirasiku untuk benar-benar menunjukkan dan membuka diriku kepada dunia ini. Mungkin dia tidak percaya, tetapi dirinya membuahkan pengaruh-pengaruh yang baik bagiku. Banyak kegemaran baik yang selama SMP kupendam, lalu sekarang dapat kukembangkan ketika aku bertemu dengannya. Salah satunya, secara tidak langsung, dia mendorongku untuk terus menulis dan mengembangkan kegemaranku yang telah tertanam lama di jiwaku ini. Selain itu, dia termasuk salah satu orang yang memotivasiku untuk terus memupuk dan membangun impianku dalam berkecimpung di dalam hal-hal sosial. Dia adalah salah satu orang terpenting yang menginspirasiku untuk mengepakkan sayap kebebasanku di angkasa.
Bersama, kami suka berdiskusi mengenai pemikiran-pemikiran kami, dan pilihan-pilihan kami. Bersama, kami saling bertukar pikiran. Bersama, kami sering saling berbagi tentang mimpi, impian, dan cita-cita kami. Bersama, kami mendisikusikan opini-opini kami mengenai berbagai hal. Bersama, kami menemukan bahwa kami dapat mendukung satu sama lain untuk mencapai setiap butir impian yang telah kami tanam dan pupuk.
Bersama, kami suka berdiskusi mengenai pemikiran-pemikiran kami, dan pilihan-pilihan kami. Bersama, kami saling bertukar pikiran. Bersama, kami sering saling berbagi tentang mimpi, impian, dan cita-cita kami. Bersama, kami mendisikusikan opini-opini kami mengenai berbagai hal. Bersama, kami menemukan bahwa kami dapat mendukung satu sama lain untuk mencapai setiap butir impian yang telah kami tanam dan pupuk.
Kami berdua sama-sama menyukai petualangan, kerja sosial, dan alam. Kami sering menertawakan dan memimpikan suatu hal bersama-sama. Kami saling berbagi informasi dan tak ada kompetisi di antara kami. Kami bersama-sama ingin maju dengan saling bahu-membahu.
Meskipun terdapat beberapa perbedaan di antara kami, satu hal yang pasti, ada satu hal yang mendasar di dalam kedua diri kami tak dapat diobrak-abrik. Hal itu adalah persahabatan. Semakin lama kami berteman, semakin banyak kami menemukan kesamaan sekaligus perbedaan di antara kami. Persahabatan itu terukir begitu jelas hingga perbedaan yang ada malah semakin melengkapi kesamaan yang kami miliki.
Dia adalah anak yang menyenangkan dan jujur, asyik dan bebas dengan tahu batas.
Aku sangat bersyukur memiliki seorang teman baik seperti dia.
Dengannya, aku dapat berbicara mengenai apapun.
Dengannya, aku dapat membuka pikiranku seluas-luasnya.
Aku harap, dia pun begitu.
Aku harap, tak akan ada kata 'dimakan waktu' atau 'diruntuhkan oleh emosi' di dalam persahabatan ini.
Aku harap, tak akan ada kata 'dimakan waktu' atau 'diruntuhkan oleh emosi' di dalam persahabatan ini.
Aku harap persahabatan ini tak akan pernah pudar.
Kami bersama-sama bertekad untuk mencapai mimpi-mimpi kami.
Kami percaya pada iman dan kerja keras.
Kami percaya bahwa pada suatu hari nanti, kami akan dapat memijakan kaki di Bumi ini, di bawah langit yang cerah dan jernih dalam memaparkan gemerlap cahaya bintang-bintang.
Terima kasih, Teman.
Terima kasih, Sahabat.
So sweet
BalasHapuspasti yang ditulisin ini tersanjung deh cis
sungguh
haha
:') hahaha thx Jass. sorry ye klo jelek, kelemahan gw *kalimat berbelit-belit* :p
BalasHapuskan proses. bagus kok cis. yang pasti kalo misi lu mau bikin gue gede kepala. lu berhasil. haha
BalasHapuslol. I'll smash your head then. :p
BalasHapus