Selasa, 29 Oktober 2013

You're Just A Glimpse of An Unforgettable Memory

That moment, it was like everything stopped for a second. 

You saw me first. Our eyes met. I caught a breath and couldn't believe what was happening. Finally, we met again. I quickly ran my view to the crowds, but you didn't. You still looked at me for another second. Then, you held your head down, kept walking, leaving me behind. The past just happened again.

Now, there you are standing in the back of my mind. Without asking for any permission, the past immediately creeps into me again. The truth is sometimes I still recall that moment, years ago when we were younger and stepped into this kind of experience also.

Never thought I would meet you again, but I did keep wishing for this to happen. Among the crowds, our eyes met. Again. Unfortunately, this is not a drama. This is not a movie. None of us made a move. I do realize that it's just my flesh, my mortal emotion, that wants us to know each other, to want to keep remembering you, to think or dream of sweet things for us too seriously.

I do realize, I do know that I've got my part. I've got someone here. I do realize that you're just a glimpse of an unforgettable memory. I do realize that I shouldn't hope for anything more than it should it be.




Minggu, 06 Oktober 2013

Sebuah kacamata dari Kedua Sobatku

Ini hanyalah selampir tulisan singkat yang terinspirasi dari dua pribadi sahabatku.

Begitu optimis, sehingga terkadang dianggap terlalu tinggi berharap dan berekspektasi. Segala dugaannya yang membangkitkan harapannya, terkesan sebagai 'obat' dan pelarian baginya untuk melihat dan mengakui fakta sesungguhnya. Ketika ia sudah celik, ia bisa jatuh terjerembab. Untungnya, dia selalu bangkit dan tegar menghadapi fakta yang seharusnya ia hadapi sejak dulu.

Begitu pesimis, sehingga terkadang dianggap terlalu rendah menilai diri sendiri dan miskin harapan. Entah ia menyadarinya atau tidak, ia selalu mengganggap dirinya tidak bisa apa-apa. Padahal, kemampuannya di atas yang ia kira. Padahal, ia memiliki banyak potensi. Namun, ia ditutupi oleh kepesimisan itu. Sisi positifnya, ia selalu mawas diri dan berlogika tinggi. Berbagai rangkaian pikiran ia susun dan jarang orang yang bisa memenangkan perdebatan dengannya. Mungkin, itulah hasil dari berjaga-jaga karena terlalu banyak melihat hal negatif di sekitarnya. 

Keduanya amat bertolak belakang. Keduanya bisa dibilang sama-sama ekstrem. Keduanya bisa dibutakan. Yang satu, dibutakan oleh keoptimisannya. Yang satu, dibutakan oleh kepesimisannya. Singkat kata, bagiku kedua sobatku ini menyimpulkan satu hal. Satu hal yang bisa dikatakan menjadi kacamataku, yaitu penilaian diri dan situasi yang benar (tidak teralu rendah dan tidak terlalu tinggi) amat penting karena berpengaruh bagi pembawaan diri dan pola pikir kita.

Sabtu, 05 Oktober 2013

Kali Ini Sungguh Berbeda

"Kali ini sungguh berbeda."
Kau katakan hal itu dalam hatimu
Kau utarakan hal itu pada dunia
"Kali ini sungguh berbeda."
Kau renungkan hal itu dalam hari-harimu
Kau pikirkan itu dengan bertanya-tanya

Lembaran baru itu sangat menyukakan hati
Apa yang telah terjadi penuh di luar ekspektasi
Apa yang telah mengisi lembaran baru itu
Sungguh membuat jiwa ini terharu
Luar dan dalam amatlah manis
Menjadikan harapan tiada terkikis

Hal yang tak disangka-sangka akan terjadi
Telah terjadi dengan gejolak lembut
Membuahkan suatu permata berharga nan gemilang
Awalnya tiada bayangan seperti itu di hati kecil ini
Namun, hidup berkata lain
Tuhan telah memiliki rencana

Kiranya apa yang telah dibangun akan semakin diperkokoh
Kiranya apa yang telah dijadikan fondasi
Selamanya akan tetap tegar dan terus mengakar
Waktu berjalan, pendewasaan mengiringi
Waktu melangkah, kedua jiwa semakin terpaut
Waktu berlalu, mahakarya ini 'kan s'lalu kuingat

Sungguh manis dan lembut
Sungguh cerah dan ceria
Sungguh menawan dan memikat
Sungguh indah dan cemerlang
Sungguh berbeda
Terima kasih Tuhan